Minggu, 15 November 2015

Pengmas Ku..

15 November..tidak pernah terbayangkan jika hari ini aku merasakan kehilangan yang sangat dalam, jauh lebih sakit dari apapun. Kecewa..

Seharian penuh ku habiskan waktu untuk menangis, ingin berhenti tetapi hati tidak memberikanku kesempatan. Bahkan untuk menulis ini saja air mata ku menjadi saksi dari tulisan ini.

Kita pernah menapaki jalan terjal, Bahkan jika harus tersandung dan jatuh. Kita pernah menyingkirkan duri-duri yang merintangi. Semua itu telah kita lalui bersama. 

 2 tahun aku mengabdi untuk Pengmas, disana aku menemukan yang dinamakan keluarga kedua, 2 tahun aku berikan semua yang ada separuh hidupku untuk Pengmas. Tak pernah terbayangkan nasibku di Pengmas akan berakhir seperti ini.

Cukup aku merasa kehilangan di tahun lalu ketika Kak Aldi menjadi Presbem, Kak bio dan Mba Hana pindah untuk Pendpro, berusaha menerima kenyataan bahwa keluargaku di Pengmas memang harus berkurang, 



dalam hati mencoba tegar dan berkata “ Aku masih punya kalian ( Rikano, Dea, Arin, Nia ). Sampai akhirnya aku pun bangkit dengan semangat baru untuk memajukan Pengmas, kita bersatu memberikan segala yang kita punya untuk Pengmas dan semua berawal dari 0.

Ketika berakhir kepengurusan 2013 di Pengmas, ternyata itu menjadi akhir juga untuk masa bakti ku di Pengmas. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari itu, karna itu sama sekali bukan kemauanku, tidak ada perbincangan apapun tentang hal ini.

Satu per satu semua meninggalkan ku. Sudah ku pertaruhkan organisasi “ tetangga” dengan alasan : “Maaf yaa.. Pengmas lebih membutuhkan ku, disini tanpa aku pun project kalian masih tetap berjalan, tetapi di Pengmas kehadiranku akan sangat membantu mereka mengingat anggota pengmas yang tak lebih dari hitungan jari”

Tapi ternyata hari ini adalah hadiah untukku..
Terimakasih keluarga ku Pengmas, mungkin kita berpisah disini, teruskanlah perjalanan kalian bersama Pengmas walau tanpa aku. 

Terimakasih untuk perjuangan 2 tahun ini, sedih senang duka yang pernah kita lalui bersama, terimakasih telah mengisi hari hariku bersama kalian...Keluargaku.
Tapi.. percayalah..semoga Allah mempertemukan kita untuk esok yang lebih bahagia, Aku akan selalu mengingatnya meski waktu akan berbeda..
  

Kebanyakan penulis menampal pikiran-pikiran mereka yang tidak karuan dengan bahan tampalan daripada kamus.Tapi aku......bukan penulis.







Jumat, 06 Februari 2015

Tlah Habis Masanya

Ini tulisan pertamaku di tahun 2015. Sudah satu tahun aku tidak pernah menulis lagi, entah karna waktu yang tidak memungkinkan, ataukah karna terlalu berwarnanya  kehidupanku di tahun 2014, sehingga keindahannya cukup untuk aku saja yang menikmatinya.

Allah menciptakan pada kita jiwa yang bersayap untuk terbang mengarungi cakrawala cinta dan kebebasan. Satu diantaranya yaitu kebebasan untuk memiliki sahabat.

Percayakah kamu? Kita ini satu, kekuatanmu adalah kekuatanku. kamu tlah memasuki diriku dan salah satu dari kita tidak bisa memutus hubungan tanpa menghancurkan yang lain. hubungan ini menjadi milik "diri" kita yang  lebih besar. Aku tidak bisa berpikir, berimajinasi, mencipta dan bekerja keras tanpa kamu. Dan suatu hubungan harus kuat memikul derita seperti hubungan kita dan menahan goncangan sedemikian rupa seperti masa-masa sulit yang sudah kita lalui. Tetapi tanpa masa-masa menyakitkan itu, kukira hubungan ini tidak akan jadi begitu indah.

Sedikit kerikil kecil untuk persahabatan kita, kurasakan di awal tahun ini. Entah kenapa aku merasakan bahwa kita saling berjauhan, sikapmmu beda terhadapku. Sekalipun kita pergi berdua untuk sekedar makan, rasanya beda tidak seperti dulu, aku merasa disampingku adalah orang lain. Sudah tidak lagi kutemukan canda tawa yang dulu pernah ada.
1 tahun sudah intensitas kedekatan kita tidak seperti sebelumnya, entah karna kamu yang sudah menemukan jati diri cinta sejatimu, ataukah aku yang berusaha menjauh tidak ingin mengganggu kebahagiaanmu. Alam pun mengajarkanku untuk tegar, walau dalam hati aku menangis. Dulu...orang menganggap kita adalah satu, kemanapun kita selalu bersama, bahkan orang menganggap bahwa kita satu kos. Tapi kenyataan yang ada sekarang? Aku bahkan lupa rasanya kapan terakhir kali kita seperti itu.
Aku pernah mendengar kata-kata ini “Jika engkau melihat ada hamba tertidur, jangan dibangunkan, barangkali ia sedang bermimpi akan kebebasan” . ”Jika engkau melihat ada hamba tertidur, bangunkan dia dan ajaklah berbicara tentang kebebasan.”

Dulu apapun kita lakukan bersama, sampai aku lupa bahwa masih ada matahari esok. Setiap hal kecilpun aku selalu bercerita kepadamu, kamu adalah satu-satunya orang yang paling ku percaya disini. Aku tidak pernah menyalahkan mu, mungkin memang saat ini sudah habis masanya. Lirih dalam hati ketika teman-teman, ibu penjual jus,dan orang terdekatku ketika mereka menanyakan dimana kamu, aku hanya bisa tersenyum dan berkata, “dia baik-baik saja disana, sekarang memang aku tak lagi bersamanya, kita mempunyai kesibukan masing-masing”. Kamu tau salah satu alasanku pindah kos kenapa? Inginku adalah semoga dengan jarak yang semakin dekat, kita akan semakin tidak akan terpisahkan. Tapi alam berkata sebaliknya, kalau boleh memilih lebih baik seperti dulu, meskipun jarak kos kita jauh tetapi kamu tetap berada disampingku, tidak seperti saat ini bagaikan cerminan terbalik.

Melihat orang berdua diatas motor, aku rindu akan hal itu. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali kita pergi berdua seperti itu. Aku harus surviv dengan kehidupan baruku, aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Kerana aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu. Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak tenggelam dimasa lampau.
Tetapi setiap kali aku seorang diri dalam keheningan malam, aku meneteskan air mata lirih dalam hati tanpa ada satu orang pun yang tau. Aku rindu semua yang terjadi dulu, kapan kita bisa kembali ke masa itu? Atau kapan kita mengulang seprti itu?

Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan. Mungkin aku hanya bisa bersikap biasa di depanmu, seolah-olah aku tidak merasakan apa-apa, aku tidak ingin kamu merasa tidak nyaman dengan ketidaknyamanan ku saat ini.
Entah apa yang terjadi esok, biarkan saja! Yang terpenting bagiku adalah bisa melihatmu bahagia dengan kehidupan barumu saat ini SAHABATKU..




NN..