Karya :
Nurul Hidayati
Kelas :
XII IPA 1
Sengaja malam ini ku duduk bersandar
pada bangku karet yang terasa dingin. Kueratkan kancing jaket abu-abu yang
semakin terasa longgar. Langit begitu indah, dan gemerlap cahaya bintang
membuatku tersenyum kecil sambil menahan haru.
Setelah
kita kenal begitu lama, aku mengenal dia dengan ramah, dengan baik, walaupun
diantara kita tak pernah ada satu perkataan. Tiba-tiba semua perasaanku
menjelma, berubah entahlah seperti apa isi otakku. Aku menyukainya, aku
menyayanginya. Aku yakin dia pun begitu, tapi aku tidak pernah pecaya itu, aku
tidak pernah percaya bila ia menyukaiku juga, aku hanya berharap begitu banyak
padanya
Beberapa hari yang lalu, aku membaca
tulisan seseorang yang begitu kukagumi. Hei, hanya mengagumi tanpa perlu ia
ketahui dan aku beri tahu. Cukup kekaguman saja yang membuatku harusnya terpacu
untuk lebih baik. Karena ku tahu ia begitu hebat, dan Allah pasti menjaganya
dan akan memberikan wanita yang terbaik untuknya .
Banyak hal yang terjadi beberapa hari
ini dan membuatku banyak berfikir, membongkar kembali persepsiku akan kata
bernama takdir. Rahasia Allah itu begitu mengejutkan, dan cara Allah menuntun
kita untuk sebuah perbaikan itu begitu indah, penuh kasih sayang.
Seharian aku membaca kata-kata yang tak sengaja kutemukan di twitter. Bukan lebay atau sejenisnya yang sering diungkapkan anak muda, aku benar-benar menangis. Malu, itu kata yang tepat untuk ku saat ini. dan kenapa aku begitu malu? Allah yang tau itu.
Kalau kamu
sekarang lagi memperbaiki diri dan Menjaga Hati, Insya Allah jodohmu juga lagi
memperbaiki diri dan menjaga hatinya
Setengah ramadhan telah berlalu, apa
yang telah ku perbuat untuk memperbaiki diri? Apa yangsudah kulakukan untuk
memperbaiki masa lalu? Aku benar-benar tertampar malam ini. Banyak yang
kupinta, tapi apa yang sudah kuperbuat?
Malam semakin dingin dan mataku tak
sedikit pun mengantuk. Masih ingin kunikmati bintang di atas sana dengan penuh
kekaguman. Seperti kekagumanku pada orang-orang yang senantiasa berusaha
memperbaiki dirinya. Menjemput maaf, menjemput pengharapan dari Sang Pemilik
Cinta. Hingga Allah membalasnya dengan yang terbaik.
Malam ini biarkan ku mengenang-Mu saja karena mengenang-Mu adalah hal yang paling
indah. Tak terasa jarum jam
telah menunjukkan pukul 10 malam. Aku bergegas naik tempat tidur. Dan tanpa
sadar aku pun masih teringat kata kata di twitter. Jaga hati, kalimat itulah
yang membatasi langkahku untuk bebas melakukan apapun yang aku mau, aku pun
melakukannya dengan senang hati karena aku yakin dengan aku menjaga hatiku maka
Allah pun akan menjagaku. Jaga hati itulah juga pesan orang yang pernah dekat
dengan ku, agar aku menjaga hatiku hanya untuknya sampai pada waktunya saat itu tiba,saat dimana aku dan dia
berjanji pada suatu hari nanti kami akan bersama untuk selamanya, dan sampai
saat ini aku tetap menjaga hatiku untuknya. Semua ku lakukan karna aku memang
mencintainya dengan hatiku bukan dengan hawa nafsu belaka.
Tapi apakah
dia juga menjaga hatinya untukku? Pertanyaan itulah yang sering bergelayut
dalam pikiranku karna ku lihat sekarang sikapnya padaku jauh berbeda dari yang
dulu. Ya Allah bantulah aku agar aku bisa memegang amanah ini untuk menjaga
hatiku. Ku jaga hatiku karna engkau Ya
Rab dan juga karna aku tulua mencintainya. Semuanya ku serahkan padaMu Ya Rab
karna engkau adalah Maha Pemberi keputusan yang terbaik.Tak terasa
perlahan-lahan aku pun terlelap dalam tidur di temani mimpi-mimpi yang sangat
indah.
Pagi ini
cuaca sangat cerah sekali, aku bergegas berangkat ke sekolah dengan
terburu-buru karna jarum jam menunjukkan hampir jam 7 pagi. Sesampainya di depan
pintu gerbang, aku bertemu dengan Amira teman sebangku ku, “hai Mir..” kusapa
dia dengan hangat. Aku dan Amira adalah sepasang sahabat yang sangat akrab,
dimana ada aku disitu pasti ada dia begitu pun sebaliknya, bahkan sampai
teman-teman kami pun mengibaratkan kami seperti surat dan perangko. “Hai juga…”
jawab Amira kemudian kami berjalan bersama menuju kelas kami.
“Liburan
sekolah nanti aku akan berkunjung ke tempat nenekku untuk berlibur disana, kamu
ikut ya biar kita liburan sama-sama pasti tambah seru,asyik kali ya..” desak
Amira padaku. Sebenarnya aku mau tapi aku senang sekali menggoda Amira karna
setiap kali dia mempunyai keinginan, jika belum tercapai pasti akan terus
merajuk sampai keinginannya terkabul. “Bagaimana yaa..aku mikir-mikir dulu deh”
jawabku. “Jangan begitu dong ikut
yaaa..kalau ngga biar nanti aku suruh Reno untuk maksa kamu ikut” kata Amira
menggodaku.
“Mulai deh
kamu manfaatin kelemahan aku” jawab ku, dan Amira pun tersenyum. Aku memang
paling anti kalau mendengar nama itu bukan karna aku gak suka tapi karna aku
amat senang di goda seperti itu dan aku takut perasaanku ketahuan teman-temanku.
“Makanya ikut ya tidak boleh tidak harus mau pokoknya” desak Amira. “Iya aku
ikut, asalkan Reno di ajak” jawab ku. Amira mendadak terhenti langkahnya
mendengar jawabanku. Lalu dengan spontan kutarik lengannya “Tenang aja Mir,aku
cuma bercanda kok, mana mungkin mau ngajak Reno ya ngga mungkinlah. Iya
InsyaAllah aku ikut ke tempat nenekmu liburan semester nanti” jawabku panjang
lebar. Kemudia Amira pun spontan berteriak kegirangan mendengar jawabanku,
hingga akhirnya kami pun sampai di ruang kelas kami.
Tak terasa
sudah hampir satu minggu aku berlibur di tempat nenek Amira. Rasanya ingin
cepat-cepat pulang padahal disini aku dan Amira sering jalan-jalan keliling
kampung melihat pemandangan yang sangat indah sekali, ditambah dengan udara yang
sejuk karna tepat dibawah kaki gunung, tapi tetap saja aku ingin pulang, aku kangen
Reno. Reno adalah lelaki yang pernah dekat dengan ku tapi karna suatu hal,
hubungan kami berakhir namun kami berjanji untuk tetap menjaga hati kami sampai
nanti saatnya tiba dimana kami telah menjadi orang yang sukses di bidang
masing-masing,dan hidup mandiri baru kami akan bersatu kembali,itulah janji
kami.
Waktu terus
bergulir, tanpa terasa sudah 5 tahun aku meneruskan studi ku di salah satu
Perguruan Tinggi di Jakarta, akhirnya aku di wisuda dan berhasil mendapat gelar dokter.
Alhamdulillah Ya Allah akhirnya kuliah ku selesai dengan nilai yang cukup
memuaskan. Tak lupa juga ku kabari Reno melalui telepon dan dia berjanji akan
datang pada hari aku di dwisuda nanti.
Sempurna
sudah kebahagiaanku, hari ini adalah hari yang akan tercatat abadi dalam
kehidupanku,karna hari ini adalah acara dwisuda sudah selesai dan aku di
damping kedua orang tuaku dan juga saudara-saudaraku dan tak lupa juga Reno
datang di hari dwisuda ku ini.Lalu kami pun pulang dengan membawa hati yang
sangat bahagia,terima kasih Ya Rab..
Sesampainya di
rumah aku langsung mengganti pakaian, setelah selesai aku bergegas ke ruang
tamu untuk menemui Reno yang sejak tadi asyik berbincang ria dengan keluarga
besarku. Ini bukan hal yang asing, karna Reno memang sudah sangat dekat dengan
keluargaku, bahkan dia sudah dianggap bagian dari keluarga kami. Reno sekarang
sudah bekerja di sebuah perusahaan yang sangat terkemuka di Jakarta, dia
menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu satu tahun dariku.
Di tengah
asyiknya kami berbincang sambil menikmati film keluarga, tiba-tiba Reno
memotong pembicaraan kami, dia mengutarakan niatnya untuk melamarku dan kami
akan menikah secepatnya, dan keluarga ku pun menyetujuinya.
Ya Rab, dulu
aku sempat berfikir jika di pengadilan duniaMu ini aku tak bisa mendapat
kebahagiaan, biarkan aku menuntut kebahagiaan itu di pengadilanMu nanti Ya Rab.
Allah..sempurna sekali kebahagiaan yang engkau berikan kepadaku. Ternyata
engkau menjawab semua doa dan harapanku sesuai yang ku inginkan bahkan lebih
dari yang ku harapkan.
Terima kasih
Ya Rab, hamba sering melanggar apa yang engkau perintahkan tapi engkau
memberikan kebahagiaan yang sesempurna ini untukku. Ternyata memang benar,
semua akan indah pada waktunya.
0 komentar:
Posting Komentar